Selasa, 23 Juni 2015

Menilik Buah Kolang-kaling asal desa Legok Bantarkawung

Bantarkawung - Bulan suci ramadhan memang membawa berkah bagi seluruh umat manusia, hal ini terbukti dari olahan buah yang pada hari-hari biasa kurang diminati kini menjadi salah satu alternatif bahan olahan yang dicari untuk tajilan buka puasa. Kolang-kaling (buah atap) adalah nama cemilan kenyal berbentuk lonjong dan berwarna putih transparan serta mempunyai rasa yang menyegarkan bila dicampurkan dengan aneka tajilan lainnya.

Bagi warga desa Legok kecamatan Bantarkawung moment bulan ramadhan ini merupakan waktu yang tepat untuk beramai-ramai mengolah buah yang berasal dari pohon aren atau enau itu, mereka rela menyusuri hutan guna mendapatkan bahan baku yang memiliki nilai ekonomi yang lumayan di bulan puasa ini. Sesuai namanya di kecamatan Bantarkawung mudah sekali dijumpai pohon aren atau enau atau kawung di setiap kawasan hutan di wilayah ini.

" Bulan ramadhan kali ini benar-benar membawa berkah, pasalnya harga jual kolang kaling sedang membaik yakni dikisaran antara Rp 5.000,- hingga Rp 6.000,- per kilogram dibandingkan tahun sebelumnya yakni berkisar Rp 2.000 hingga Rp 3.000 perkilogramnya," ungkap Sukisma (57) petani kolang kaling.

Menurut Sukisma, butuh cukup waktu untuk mengolah buah aren mentah menjadi kolang kaling. Setelah buah aren diambil dari pohonnya, dia harus merebus buah itu selama 2-3 jam dan setelah itu buah yang telah direbus itu ditiriskan hingga dingin. Kemudian barulah buah aren masak dipotong pada bagian pangkal untuk mempermudah dalam pengambilan daging buahnya dan selanjutnya dipukul dengan palu yang terbuat dari kayu agar mengembang serta tidak keras saat dimakan.

" Untuk satu pohon enau, kita bisa mendapatkan 1-3 kwintal kolang kaling, itupun tergantung dari jumlah buah yang ada. Jika pada pohon enau itu ada banyak tangkainya maka hasilnyapun banyak tetapi jika jumlah tangkainya sedikit hasilnyapun sedikit," ungkap Sukisma.

Dalam proses pengambilan buah matang ini, Sukisma dibantu anaknya Sukron (25) dan 6 warga sekitar yang rata-rata ibu rumah tangga.
Sukron mengakui, usaha yang dilakukan sekitar sudah terbiasa setiap bulan ramadhan selalu beralih profesi menjadi pengrajin olahan buah aren.

" Hal ini karena harga jual kolang kaling disaat bulan puasa sangat bagus dan banyak peminatnya. Dan diyakini selain dapat dimanfaatkan untuk bahan aneka makanan dan minuman, kandungan serat kolang kaling juga baik untuk kesehatan terutama dapat mencegah kegemukan atau obesitas," kata Sukron sembari memotong buah aren.

Kolang kaling asal desa legok ini pangsa pasarnya hampir di seluruh pasar tradisonal di Kabupaten Brebes dan Tegal. Sehingga wajar jika masyarakat sekitar lebih memilih beralih profesi dari para penyadap getah pinus menjadi pengolah kolang kaling.

2 komentar:

  1. Biasanya pada bulan Ramadhan masyarakat sekitar mulai mengolah kolang kaling...

    BalasHapus
  2. Perkilo berapa yg blom di kupas

    BalasHapus