Rabu, 01 April 2015

Impian warga Bantarwaru kadas miliki sarana air Bersih

Impian warga masyarakat Desa Bantarwaru Kecamatan Bantarkawung untuk memiliki sarana air bersih yang sempat terrealisasikan dari program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI), kini kandas sudah.

Hal ini lantaran sejumlah bangunan di sumber, baik bak penampungan hingga jaringan air ke masyarakat mengalami kerusakan parah akibat bencana tanah longsor belum lama ini.

Suwardi selaku Plt kades Bantarwaru mengatakan, awalnya warga masyarakat sudah sangat gembira sekali menyambut hadir sarana air bersih yang dibangun dari program MP3KI tersebut.

Mereka merasa gembira karena tidak usah lagi repot-repot membuat blik (sumur kecil) dipinggiran sungai Pemali hanya untuk mendapatkan air bersih. Namun sayang impian itu kini hanya tinggal kenangan dan mereka akan kembali melakukan rutinitas mengambil air dipinggiran sungai Pemali dari blik yang mereka buat sendiri.

“Masyarakat Desa Bantarwaru sangat berharap akan adanya program serupa guna memecahkan persoalan tahunan seputar air bersih,” ungkap Suwardi.

Menurut Suwardi, didesa Bantarwaru ini ada sekitar empat pedukuhan yang selalu kesulitan memperoleh air bersih yakni dukuh Bangkong, Karangsari, Karanganyar dan Bantarwaru.

Di setiap masa krisis air air bersih itu terjadi, terutama saat musim kemarau banyak warga yang lebih memilih membuat blik (sumur kecil) di tepian sungai Pemali.

“Jika membeli air harganya cukup lumayan, dimana harga per jarigennya sekarang sudah mencapai Rp. 3.000,-. Padahal untuk kebutuhan air bersih yang mereka perlukan sekitar 2 – 4 jarigen per hari,” tambahnya.

Air sumur warga berasa asin

Krisis air bersih sebenarnya bukan persoalan baru bagi warga desa Bantarwaru. Kondisi ini selalu dialami warga setiap saat.

Suwardi juga menyatakan bahwa didaerahnya itu meskipun digali sumur sedalam 17 meter pun belum mengeluarkan air.

Bahkan di Pedukuhan Bantarwaru bagian tengah, air sumur yang di buat warga berasa asin, padahal jauh dari daerah pesisir.

“Hingga sampai saat ini warga masih binggung dengan fenomena air sumur yang asin tersebut,” tutup Suwandi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar